Sudah sebulan aku tinggalkan dunia blogging dan segala keriuhan duniawi yang ada di dalamnya. Aku menepi, benar-benar menekuri jalan sunyi dalam arti sesungguhnya. Merasakan setiap detak waktu yang berjalan begitu lambat. Membersamai ibunda, tatkala ia merintih… mengeluh nyaris tanpa suara… mencoba membenamkan rasa sakit yang terus menjalar…
Ibu kena kanker paru.
Sudah pasti, aku melalui fase-fase yang barangkali juga dirasakan para keluarga pasien kanker pada umumnya.
Pertama, fase denial. Penyangkalan. Ini tidak mungkin! Mana bisa ibu kena kanker! Ibuku selalu menjalankan gaya hidup sehat…! Ibu penyabar, ibu tidak suka makan makanan instan, ibu positive-thinker, ibu bukan perokok…. yeah, ibu bukan perokok aktif. Sayangnya, kemungkinan besar, ibu perokok pasif.
Tapi kan, tapi kaaan… ibu orang baik! Mengapa Tuhan timpakan takdir yang sedemikian buruk untuk orang sebaik dia?
Dalam senyap, sedikit atau banyak, aku mulai berani protes pada Tuhan. Oh, tidak… tidak… Aku punya iman. Tidak semestinya aku seperti ini. Menjelma jadi hamba kurang ajar, yang berani-beraninya mempertanyakan takdir Tuhan. Nope, nope… Aku harus selalu percaya bahwa takdir Tuhan PASTI semuanya baik, walaupun terkadang terasa menyakitkan.
Fase denial kujalani dengan banyak merapal doa. Aku buka kembali mushaf Al-Qur’an yang kian terbelenggu dalam debu.
Allah… kini aku paham, mengapa Engkau kirim penyakit itu… Barangkali, ini cara yang Engkau gulirkan, agar aku kian mengakrab-akrabi firman-Mu… Agar aku kembali bersahabat karib dengan manual book, yang seharusnya aku jadikan panduan setiap saat…
Murottal Al-Qur’an adalah lantunan nada yang senantiasa kuperdengarkan di telinga Ibu. Alunan Syeikh yang begitu membius, melafalkan ayat demi ayat, yang insyaAllah menenangkan jiwa. Tapi, aku percaya, bahwa nada paling merdu, adalah yang terproduksi oleh sang buah hati. Walaupun dengan tajwid dan makhroj seadanya, aku coba untuk istiqomah menghadiahkan lantunan Al-Qur’an buat ibundaku.
Hari berganti hari… Segala pemeriksaan udah dijalani, dan Alhamdulillah, setelah sebulan “terbelenggu” ritual opname di RS, ibu diizinkan pulang. Kami rawat Ibu di rumah, semampu kami. Syukur Alhamdulillah… banyak bantuan dari tetangga dan teman pengajian Ibu. Kami mendapatkan pinjaman ENAM Tabung oksigen! Alhamdulillah…
Fase apa saja yang kulalui kemudian?
Yeah, tentu saja… fase ikhlas… fase sabar… karena memang hanya ini yang bisa aku lakukan. Toh, mau protes seperti apapun juga, takdir telah tertulis di lauhul mahfudz. Tak apa-apa, ini cara Allah, agar aku mau bertaubat… mau instropeksi dan cukup menghamba pada-Nya… tak lagi ber-hubbud dunya alias cinta duniawi dengan kadar yang tak semestinya.
Lebih Alhamdulillah lagi, manakala memory FB me-remind statusku 2 tahun lalu. Sebuah kutipan yang amat dahsyat dari Ibnu Qayyim
“Kalau manusia itu tidak pernah mendapat cobaan dengan sakit dan pedih, maka ia akan menjadi manusia ujub dan takabur. Hatinya menjadi kasar dan jiwanya beku. Karenanya, musibah dalam bentuk apapun adalah rahmat Allah yang disiramkan kepadanya. Akan membersihkan karatan jiwanya dan menyucikan ibadahnya. Itulah obat dan penawar kehidupan yang diberikan Allah untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi bersih dan suci karena penyakitnya, maka martabatnya diangkat dan jiwanya dimuliakan. Pahalanya pun berlimpah-limpah apabila penyakit yang menimpa dirinya diterimanya dengan sabar dan ridha.” (Ibnu Qayyim)
ALLAHU AKBAR!
Apapun itu, terima kasih ya Allah… Terima kasih sudah memberi kesempatan menyiramkan rahmat Engkau kepada kami. Semoga jiwa-jiwa yang berkarat ini bisa kembali bersih dan suci. Semoga dosa-dosa ibu sudah terbakar habis, seiring tiap rasa sakit yang menyeruak di hari-hari senja beliau.
Terima kasih, rekan-rekan blogger… Especially seluruh member Kumpulan Emak Blogger Surabaya dan sekitarnya… Maturnuwun sanget….
Terima kasih, rekan-rekan Nurul Hayat… Maturnuwun sudah mendoakan Ibu… Sudah mengirimkan bacaan Al-Qur’an yang demikian indah… Men-deliver air zamzam.. Para hafidz yang menghadiahkan murojaah yang membuat kalbu ibu kian bungah… Terima kasih….
Terima kasih, teman-teman pengajian Ibu…
Terima kasih, murid-murid Ibu di STM Kimia, STM Pembangunan, SMA 17 Surabaya, semoga kebaikan Bapak/Ibu/Saudara/i mendapat balasan rezeki berlimpah berkah dari Allah ta’ala…(*)
TTD,
anak cewek yang kadang labil kadang emosian sekarang lagi PR banget buat belajar sabar berusaha untuk jadi shalihah dan mempersembahkan cinta terbaik untuk ibunda
syafakillah syifaan ajiilan laa yughodiru ba’dahu saqaman. laa ba’tsa thohurun insyaa Allah.. semoga dengan sakitnya Ibu, Allah gugurkan dosa dan kesalahan beliau. Mbak dan keluarga juga akan semakin tinggi tingkat keimanannya karena sakitnya Ibu 🙂 semangat mbaaak! Semoga selalu ada berkah Allah dalam sehat maupun sakit
Semoga tetap bersama sabar dan keikhlasan ya Mak. Sakitnya ibu insyaa Allah jalan sebuah kebaikan dan setiap penyakit selalu ada obatnya. Tetap semangat mak Nurul.
semangat terus ya mbak, juga Ibu semoga tetap semangat untuk kembali sehat seperti sedia kala. saya percaya doa anak sholeha seperti mbak Nurul pasti diijabah oleh Allah…
Mbak Nurul,,baru baca post blog yg ini :'(…tetap sabar ya mbak,,semangat untuk Ibu mbak nurul juga. aku keinget tanteku yang dulu berjuang juga dengan penyakit yang sama..semoga semakin sabar dan semangat terus untuk Ibu mbak nurul dan mbak nurul sekeluarga..aminnn
semoga cepat sembuh ya ibunya 😦 sedih denger kalau ada yang sakit
Tetap semangat ya mbak. Semoga ibunda juga tetap semangat dan ceria dalam menjalani pengobatan. Teriring doa untuk ibunda, semoga disembuhkan dan diberikan kesehatan. Amin.
semoga cepet pulih ibunya ya mbaaa….dirimu juga jangan lupa jaga kesehatan ya, biar selalu semangat menemani ibu 🙂
syafahallah, la ba’sa thohurun in syaa Allah. semangat terus Mbak 🙂
syafakillah..mg segera diangkat penyakitnya mbak.. 🙂
Semoga lekas diberi kesembuhan..
Jika sudah di fase ikhlas, menurut saya baiknya judulnya dipertimbangkan lagi teh.. Nuhun 🙂
Syafakillah, Ibu..
Mbak Nurul, postingannya juga jadi reminder buatku. Bener adem, terutama bagian yang di-quote itu… thx
Semoga Allah memberikan kesembuhan buat Ibunda karena tdk ada yang tidak mungkin bagi-Nya.
Hikss…sedih,,dulu banget ibuku kena TBC. Aku waktu itu masih balita jadi ga ngerasain worry nya dsb. Aku cuma tau sering ditinggal2 ibu pergi (buat berobat). Sekarang ibu gejala jantung katanya,,,aku ingin ibu lebih jadi positif thinkers…ga gampang strees kalau ada masalah2 sepele. Heuuu nulis komen smbl berlinang air mata
semoga ibu lekas sembuh dan pulih seperti sedia kala….
sabar ya mbak…tidak ada yg tidak mungkin…. mukjizat itu pasti ada…aamiin
syafakillah bundanya jeng Nurul. Allah yang memberi penyakit, Allah pula yang akan mengangkatnya. Yang sabar ya Nurul. N tetap semangat!